Rabu, 23 Desember 2009

MOTIVASI

motivasi
Dec 15th, 2009 by iyma

MOTIVASI

1.1 Pengertian Motivasi

Motivasi adalah suatu dorongan psikologis yang mengarahkan seseorang kearah suatu tujuan. Motivasi sendiri membuat keadaan dalam diri suatu individu muncul, terarah, dan mempertahankan perilaku. Menurut Kartini Kartono motivasi menjadi dorongan (driving force) terhadap seseorang yang agar mau melaksanakan sesuatu.

Motivasi yang ada pada setiap orang tidaklah sama, berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya. Untuk itu, diperlukan pengetahuan mengenai pengertian dan hakikat motivasi, serta kemampuan tehnik menciptakan situasi sehingga menimbulkan motivasi atau dorongan bagi mereka untuk berbuat dan berprilaku sesuai apa yang dikehendaki oleh individu lain atau organisasi.

1.2 Pentingnya Motivasi

Motivasi sangat diperlukan oleh seseorang untuk mencapai apa yang diinginkan. Untuk menjadi sukses banyak sekali rintangan dan halangan yang menghadang didepan. Tapi, dengan berbekal motivasi dan inspirasi yang besar, seseorang bisa terus maju kedepan. Maju untuk sukses dan mendapatkan apa yang diinginkan.

Hanya dengan terinspirasi dan termotivasi dari dalam diri kita yang bisa membuat kita sukses jika lingkungan sekitar tidak mendukung. Oleh karena itu, motivasi dan inspirasikan diri anda dengan berbagai hal disekitar anda. Carilah motivasi dan inspirasi sebanyak-banyaknya dengan tidak melupakan nilai-nilai moral yang diajarkan orangtua maupun orang sekitar kita.

1.3 Motivasi dalam Organisasi

Lima fungi utama manajemen adalah planning, staffing, leading, dan controlling. Pada pelaksanaannya, setelah rencana dibuat (planning), organisasi dibentuk (organizing), dan disusun personalia (staffing), maka langkah berikutnya adalah menugaskan atau mengarahkan karyawan menuju kearah tujuan yang telah dtentukan. Funsi pengarahan (leading) ini secara sederhana membuat para karyawan melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang diinginkan dan harus mereka lakukan. Memotifasi karyawan merupakan kegiatan kepemimpinan yang termasuk didalam fungsi ini. Kemampuan manager untuk memotifasi karyawannya akan sangat menentukan efektifitas manager. Manager harus dapat memotifasi para bawahannya agar pelaksanaannya kegiatan dan kepuasan kerja mereka meningkat.

Berbagai istilah digunakan untuk menyebut kata “motivasi” (motivation) atau motif, antara lain kebutuhan (need), desakan (urge), keinginan (wish), dan dorongan (drive). Dalam hal ini akan digunakan istilah motivasi yang diartikan sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan.

Motivasi menunjuk kepada sebab, arah, dan persistensi perilaku. Kita bicara mengenai penyebab suatu perilaku ketika kita bertanya mengapa seseorang melakukan sesuatu. Kita bicara mengenai arah perilaku seseorang ketika kita menanyakan mengapa ia melakukan sesuatu hal tertentu yang mereka lakukan. Kita bicara tentang persistensi ketika kita bertanya keheranan mengapa ia tetap melakukan hal itu (berry, 1997)

Suatu organisme (manusia atau hewan) yang dimotivasi akan terjun ke dalam suatu aktifitas secara lebih giat dan lebih efisien daripada tanpa motivasi. Selain menguatkan organisme itu, motivasi cenderung mengarahkan perilaku (orang yang lapar dimotivasi untuk mencari makanan untuk dimakan, orang yang haus untuk minum, orang yang kesakitan untuk melepaskan diri dari stimulus atau rangsangan yang menyakitkan. (Atkinson, &Hilgard, 1983)

Sampai abad 17 dan 18, para pakar filsafat masih berkeyakinan bahwa konsepsi rasionalisme merupakan konsep satu-satunya yang dapat menerangkan tindakan-tindakan yang dilakukan manusia. Konsep ini merangkan bahwa manusia adalah makhluk rasional dan intelek yang menentukan tujuan dan melakukan tindakannya sendiri secara bebas berdasarkan nalar atau akalnya. Baik buruknya tindakan yang dilakukan oleh seseorang sangat tergantung dari tingkat intelektual orang tersebut. Pada masa-masa berikutnya, munculnya pandangan mekanistik yang beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia timbul dari adanya kekuatan internal dan eksternal, diluar control manusia itu sendiri. Hobbes (abad ke 17) mengemukakan doktrin hedonisme-nya yang menyatakan bahwa apapun yang diberikan oleh seseorang atas perilakunya, sebab-sebab terpendam dari semua perilakunya itu adalah adanya kecendrungan untuk mencari kesenangan dan menghindari kesusahan.

Dalam berorganisasi, motivasi diperlukan untuk mempengaruhi, mengarahkan, dan berkomunikasi dengan bawahannya, yang selanjutnya akan menentukan efektifitas manager. Ada du factor yang mempengaruhi tingkat prestasi seseorang, yaitu kemampuan individu dan pemahaman untuk perilaku mencapai prestasi yang maksimal disebut prestasi peranan. Dimana ada motivasi, kemampuan dan persepsi peranan satu kesatuan yang saling berinteraksi.

Berikut adalah model atau cara yang dilakukan manager dalam melakukan motivasi kepada bawahannya :

{ Model tradisional

Tidak lepas dari teori manajemen alamiah yang dikemukakan oleh frederic winslow taylor. Model ini mengisyaratkan bagaimana manajer menentukan pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan dengan system pengupahan intensif untuk memacu para pekerja agar memberikan produktifitas yang tinggi.

{ Model hubungan manusiawi

Elton mayo dan para peneliti hubungan manusiawi lainnya menentukan bahwa kontrak-kontrak social karyawan pada pekerjaannya sangat penting, kebosanan dan tugas yang merupakan merupakan pengurang dari motivasi. Untuk itu para karyawan perlu dimotivasi melalui pemenuhan kebutuhan-kebutuhan social dan membuat mereka berguna dan penting dalam berorganisasi.

{ Model sumber daya manusia

Mc Gregor Maslow, Argyis dan Lkert mengkritik hubungan manusiawi bahwa seorang bawahan tidak hanya dimotivasi hanya dengan memberikan uang atau keinginan untuk mencapai kepuasan, tapi juga kebutuhan untuk berprestasi dan memperoleh pekerjaan yang berarti dalam arti lebih menyukai pemenuhan kepuasan dari suatu prestasi kerja yang baik, diberi tanggung jawab yang lebih besar untuk pembuatan keputusan dan pelaksanaan tugas.

1.4 Teori-teori Motivasi

Terdapat bermacam-macam teori mengenai motivasi. Satu perangkat teori menyebutkan kekurangan kebutuhan sebagai kondisi pendorong yang menimbulkan presdiposisi tertentu untuk berprilaku. Sementara satu teori lain menganggap harapan dalam lingkungan sebagai menimbulkan bentuk-bentuk tertentu, tujuan dan tindakan yang mengikutinya.

Secara garis besarnya, teori Motivasi dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu Teori Isi (Content Theory) dan Teori Proses (Process Theory).

1.5 Teori Isi (Content Theory)

Teori isi terdiri dari 4 teori Pendukung, yaitu :

v Teori Hirarki Kebutuhan ( A. Maslow )

v Teori Tiga Motif Sosial ( D. McClelland )

v Teori ERG ( Clayton Alderfer )

v Teori Dua Faktor ( Frederick Herzberg )

Berikut adalah penjelasannya :

Ä Teori Abraham H. Maslow (teori Kebutuhan)

Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H.Maslow pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu :

  1. kebutuhan fisiologikal (physiological needs)
  2. kebutuhan ras aman (safety needs)
  3. kebutuhan akan kasih sayang (love needs)
  4. kebutuhan akan harga diri (esteem needs)
  5. aktualisasi diri (self actualization)

Jelas bahwa kebutuhan manusia itu tidak hanya bersifat materi, akan tetapi bersifat psikologikal, mental, intelektual bahkan juga spiritual. Menarik pula untuk dicatat dan diingat bahwa dengan semakin banyaknya organisasi yang tumbuh dan berkembang di masyarakat dan semakin mendalamnya tentang unsur manusia dalam kehidupan kehidupan organisasional, teori “klasik” Maslow semakin dipergunakan, bahkan dikatakan mengalami “koreksi”. Penyempurnaan atau koreksi tersebut terutama diarahkan pada konsep “hierarki kebutuhan” yang dikemukakan oleh Maslow. Istilah Hierarki disini dapat diartikan sebagai tingkatan. Logikanya adalah jika kita menaiki suatu tangga berarti dimulai dengan anak tangga pertama, kedua,dan seterusnya. Jika konsep tersebut diaplikasikan pada pemuasan kebutuhan manusia, berarti seseorang tidak akan berusaha memuaskan kebutuhan kedua sebelum tingkat kebutuhan yang pertama terpenuhi, dan kebuthuhan tingkat ketiga dan seterusnya juga tidak akan terpenuhi.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lebih tepat apabila berbagai kebutuhan manusia dgolongkan sebagai rangkaian dan bukan sebagai hierarki. Dalam hubungan ini, perlu ditekankan bahwa :

  • kebutuhan yang satu saat sudah terpenuhi sangat mungkin akan timbul lagidiwaktu yang akan datang.
  • Pemuasan berbagai tingkat kebutuhan tertentu, terutama kebutuhan fisik, bisa bergeser dari pendekatan kualitatif dalam pemuasannya.
  • Berbagai kebutuhan tersebut tidak akan mencapai “titik jenuh” dalam arti tibanya suatu kondisi dalam mana seeorang tidak lagi dapat berbuat sesuatu dalam pemenuhan kebutuhan itu.

Kendati pemikiran Maslow tentang teori kebutuhan ini tampak lebih bersifat teoritis, namun telah memberikan fundasi dan mengilhami bagi pengembangan teori-teori motivasi yang berorientasi pada kebutuhan berikutnyayang lebih bersifat aplikatif.

Ä Teori McClelland (Teori Tiga Motif Sosial)

Menurut McClelland, ada tiga hal yang sangat berpengaruh yang memotivasi seseorang untuk berprestasi. Ketiga motif itu adalah :

N Achievement Motive (nAch)

N Affiliation Motive (nAff)

N Power Motive (nPow)

  1. Achievement Motive ( Motif untuk Berprestasi )

Dari McClelland dikenal dengan teori kebutuhan yang mencapai prestasi atau Need for Acievement atau (N. Ach) yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan mencapai prestasi. Menurut McClelland karakteristik orang yang berprestasi tinggi (high Achievers) memiliki tiga cirri umum, yaitu :

  1. Sebuah referensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat
  2. menyukai situasi-situasi dimana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri, dan bukan karena factor-faktor lain
  3. Menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka, dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah
  1. Affiliation Motive (Motif untuk bersahabat)

Mereka yang memiliki lotif besar untuk bersahabat sangat menginginkan hubungan yang harminis dengan orang lain dan sangat ingin untuk merasa dierima oleh orang lain. Mereka akan berusaha untuk menyesuaikan diri dengan system norma dan nilai dari lingkungan mereka berada. Mereka akan memilih pekerjaan yang memberikan hasil positif yang signifikan dalam hubungan antar pribadi. Mereka akan menjadi sangat senang menjadi bagian dari suatu kelompok dan sangat mengutamakan interaksi social. Mereka umumnya akan maksimal dalam pelayanan terhadap konsumen dan interaksi dengan konsumen.

  1. Power Motive ( Motif untuk Berkuasa )

Seseorang dengan motif kekuasaan dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu :

ý Personal Power

Mereka mempunyai personal motif yang tinggi cenderung untuk memerintah secara langsung, dan bahkan cenderung memaksakan kehendaknya.

ý Institutional Power

Mereka yang mempunyai Institutional power motive sendiri umumnya lebih efektif dari manajer dengan individual power motive yang besar.

Ä Teori Clyton Alderfer (Teori “ERG)

Teori ERG singkatan dari istilah E = Existence (kebutuhan akan eksistensi), R= Relatedness (kebutuhan untuk berhubungan dengan pihak lain atau keterkaitan) dan G = Growth (kebutuhan akan pertumbuhan). Jika makna tiga istilah diatas tersebut dialami, akan tampak dua hal penting. Pertama, secara konseptual terdapat persamaan teori atau model yang dikembangkan oleh Maslow dan Alderfer. Kedua, teori Alderfer menekankan bahwa berbagai jenis kebutuhan manusia itu diusahakan pemuasannya secara serentak. Apabila teori ini disimak lebih lanjut akan tampak bahwa :

© Makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula keinginan untuk memuaskannya.

© Kuatnya keinginan memuaskan kebutuhan yang “lebih tinggi” semakin besar apabila kebutuhan yang lebih rendah telah dipuaskan.

© Sebaliknya, semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi, semakin besar keinginan untuk memuaskan kebutuhan yang lebih mendasar.

Tampaknya pandangan ini didasarkan pada sifat pragmatisme oleh manusia. Artinya karena menyadari keterbatasannya,seseorang dapat menyesuaikan diri pada kondisi yang obyektif yang dihadapinya dengan antara lain memusatkan perhatiannya kepada hal-hal yang mungkin dicapainya.

Ä Teori Herzberg ( Teori Dua Faktor )

Teori yang dikembangkannya dikenal dengan “Model Dua Faktor” dari motivasi, yaitu Factor Motivasional dan Factor Hygiene atau pemeliharaan. Menurut teori ini yang dimaksud teori Faktor Motivasional adalah Hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dari diri orang seseorang. Sedangkan yang dimaksud dengan Faktor Hygiene atau Pemeliharaan adalah sumber factor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang.

Menurut Herzberg, yang tergolong factor motivasional adalah pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karier, dan pengakuan orang lain. Sedangkan factor hygiene atau pemeliharaan mencakup antara lain status seseorang dalam organisasi, hubungan seorang individu dengan atasannya, hubungan seseorang dengan rekan-rekan kerjanya, kebijakan organisasi, system administrasi dalam oragnisasi.

Salah satu tantangan dalam memahami dan menerapkan teori Herzberg ialah memperhitungkan dengan tepat factor mana yang lebih berpengaruh kuat dalam kehidupan seseorang, apakah yang bersifat intrinsic ataukah yang bersifat ekstrinsik.

1.6 Teori Proses ( Process Theory )

Teori ini juga terdiri dari 4 teori pendukung, yaitu :

  1. Equity Theory ( S. Adams )
  2. Expectancy Theory ( Victor Vroom )
  3. Goal Setting Theory ( Edwin Locke )
  4. Reinforcement Theory ( B.F. Skinner )

Berikut adalah penjelasannya :

  1. Equity Theory (Teori Keadilan)

Inti teori ini terletak pada pandangan bahwa manusia terdorong untuk menghilangkan kesenjangan antara usaha yang dibuat bagi kepentingan organisasi dengan imbalan yang diterima. Artinya, apabila seorang pegawai mempunyai persepsi bahwa imbalan yang diterimanya tidak memadai, dua kemungkinan dapat terjadi, yaitu :

© Seseorang akan berusaha memperoleh imbalan yang lebih besar

© Mengurangi intensitas usaha yang dibuat dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.

Dalam menumbuhkan suatu persepsi tertentu, seorang pegawai biasanya menggunakan 4 macam hal sebagai pembanding, hal itu antara lain :

© Harapannya tentang jumlah imbalan yang dianggapnya layak diterima berdasarkan kualifikasi pribadi

© Imbalan yang diterima oleh orang lain dalam organisasi yang kualifikasi dan sifat pekerjaannya relatif sama dengan yang bersangkutan sendiri.

© Imbalan yang diterima oleh pegawai lain di organisasi lain di kawasan yang sama serta melakukan kegiatan yang sejenis.

© Peraturan perundang-undangan yang berlaku mengenai jumlah dan jenis imbalan yang pada nantinya akan menjadi hak dari para pegawai yang bersangkutan.

Pemeliharaan hubungan dengan pegawai dalam kaitan ini berarti bahwa para pejabat dan petugas dibagian kepegawaian harus selalu waspada jangan sampai persepsi ketidakadilan timbul, apalagi meluas dikalangan para pegawai. Apabila sampai terjadi maka akan timbul berbagai dampak negatif bagi organisasi.

  1. Expectancy Theory (Teori Harapan)

Victor H. Vroom dalam bukunya yang berjudul “Work and Motivation” mengetengahkan suatu teori yang disebutnya sebagai “Teori Harapan”. Victor H. Vroom mengembangkan sebuah teori motivasi berdasarkan kebutuhan infernal. Berikut adalah asumsi pokok Vroom dari teorinya :

¯ Setiap individu percaya bahwa jika ia berprilaku dengan cara tertentu, ia akan memperoleh hal tertentu. Ini disebut sebuah harapan hasil (outcome expentacy) sebagai penilaian subjektifseseorang atas kemungkinan bahwa suatu hasil tertentu akan muncul dari tindakan orang tersebut.

¯ Setiap hasil mempunyai nilai, atau daya tarik bagi orang tertentu. Ini disebut valensi(valence) sebagai nilai yang orang berikan kepada suatu hasil yang diharapkan.

¯ Setiap hasil berkaitan dengan suatu persepsi mengenai seberapa sulit mencapai hasil tersebut. Ini disebut harapan usaha (effort expentacy) sebagai kemungkinan bahwa seseorang akan menghasilkan pencapaian suatu tujuan tertentu.

Motivasi dijelaskan dengan mengkombinasikan ketiga prinsip ini. Orang akan termotivasi bila ia percaya bahwa :

  1. suatu perilaku tertentu akan menghasilkan hasil tertentu juga
  2. hasil tersebut mempunyai nilai positif baginya
  3. hasil tersebut dapat dicapai dengan usaha yang dilakukan seseorang

dengan kata lain, motivasi dalam teori harapan adalah keputusan untuk mencurahkan usaha.

  1. Goal Setting Theory (Teori Penetapan Tujuan)

Edwin Locke mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki 4 macam mekanisme motivasional, yakni :

{ Tujuan-tujuan mengarahkan perhatian;

{ Tujuan-tujuan mengatur upaya;

{ Tujuan-tujuan meningkatkan persistensi; dan

{ Tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan.

Teori-teori ini juga mengungkapkan hal-hal sebagai berikut :

Z Kuat lemahnya tingkah laku manusia ditentukan oleh sifat tujuan yang hendak dicapai.

Z Kecendrungan manusia untuk berjuang lebih keras mencapai suatu tujuan, apabila tujuan itu jelas, dipahami dan bermanfaat.

Z Makin kabur atau makin sulit dipahami suatu tujuan, makin besar keengganan untuk bertingkah laku.

  1. Reinforcement Theory

Teori ini didasarkan pada “hukum pengaruh”. Tingkah laku dengan konsekuensi positif cenderung untuk diulang, sementara tingkah laku dengan konsekuensi negative cenderung untuk tidak diulang.

Rangsangan yang didapat akan mengakibatkan atau memotivasi timbulnya respon dari seseorang yang selanjutnya akan menghasilkan suatu konsekuensi yang akan berpengaruh pada tindakan seanjutnya. Konsekuensi akan terjadi secara berkesinambungan yang akan menjadi suatu rangsangan yang perlu untuk direspon kembali dan menghasilkan konsekuensi lahi. Demikian seterusnya, sehingga motivasi mereka akan tetap terjaga untuk menghasilkan hal-hal yang positif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar